Defenisi
kurikulum menurut 3 ahli
Saylor, Alexander, dan Lewis (1974), menganggap bahwa
kurikulum adalah sebagai upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar,
baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun diluar sekolah. (Toto
Ruhimat, hal.02).
Ali M (1984),
kurikulum sebagai rencana belajar peserta didik, kurikulum sebagai rencana
pembelajaran, dan kurikulum sebagai pengalaman belajar yang diperoleh
pesertadidik.(Munir, hal.08).
Nana Syaodih Sukmadinata (2005), pengertian kurikulum
ditinjau dari tiga dimensi yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai
rencana. (Toto Ruhimat,hal.02)
Organisasi kurikulum dan
contohnya
Organisasi Kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid. Organisasi kurikulum
sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena
pola-pola yang berbeda akan mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran
berbeda pula ( Prof. Nasution, hal. 80).
Contonya: Dalam
pendidikan seni tari di sekolah umum (TK, SD, SMP, SMA) dengan potensi yang
dimiliki siswa berbeda-beda ada yang menyenangi pelajaran seni tari, seni rupa
atau seni musik. Tidak semua siswa meminati pelajaran seni tari, ketika guru
mengajarkan seni tari guru harus mampu menyusun bahan pelajaran misalkan dengan
cara mengkolaborasikan seni musik ataupun seni rupa yang tujuannya mengarah
pada pelajaran seni tari.
Tujuan evaluasi
kurikulum, evaluasi kurikulum dilaksanakan dalam lingkup makro dan mikro.
Tujuan evaluasi
adalah sebagai berikut:
Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan
dan pelaksanaan suatu kurikulum sebagai masukan bagi penngambilan keputusan.
Menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu
kurikulum beserta faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu lingkungan
tertentu.
Mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang
dapat digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum.
Memahami dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum
dan pelaksanaan suatu kurikulum.
Pelaksanaan evaluasi mikro adalah
pelaksanaan evaluasi yang dilakukan pada setiap mata pelajaran yang yang
diberikan dalam kurikulum dengan lingkupnya terbatas. Contohnya: pelaksanaan
evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran pendidikan seni tari
Pelaksanaa evaluasi makro adalah
pelaksanaan evaluasi yang dilakukan pada kurikulum tersebut, bukan hanya pada
satu mata pelajaran tetapi semua mata pelajaran, evalusi ini mencakup likupan
yang luas.
Langkah-langkah model pengembangan
kurikulum dari 2 ahli, dan implementasinya
dalam pengembangan kurikulum pendidikan seni tari di sekolah.
a) Menurut Model Administratif
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Pengembangan kurikulum ide dan pelaksanaannya dimulai
dari pejabat tingkat atas.
Membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk
mengembangkan kurikulum yang didukung
oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli.
Kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan
untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarang.
Setelah perbaikan dan penyempurnaan, kurikulum perlu di
uji coba secara nyata di beberapa sekolah yang dianggap representatif.
Adanya kegiatan monitoring dan evaluasi untuk memperbaiki
atau menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di lapangan.
Implementasinya
pada seni tari adalah pemerintah pusat menetapkan atau menyusun kurikulum apa
saja yang akan diterapkan lalu di jalankan oleh sekolah-sekolah, guru seni tari
dalam hal ini hanya menjalankan apa yang telah disusun oleh pemerintah pusat.
b) Model Beauchamp
Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
Menentukan arena atau wilayah yang akan dicakup oleh
kurikulum. Penentuan kurikulum ini ditentukan oleh pemegang wewenang yang
dimiliki pengambilan kebijakan dibidang kurikulum.
Menetapkan personalia. Tahap ini menentukan siapa saja
orang yang akan terlibat dalam pengemabangan kurikulum
Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Berkenaan
dengan prosedur dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar serta kegiatan evaluasi, juga dalam menentukan desain
kurikulum secara keseluruhan.
Implementasi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum yang telah
dikembangkan oleh tim pengembang.
Evaluasi kurikulum. Data yang terkumpul digunakan untuk
bahan penyempurnaan kurikulum.
Implementasinya
pada seni tari adalah seni tari dalam pembelajarannya melihat ke khasan tarian
dari masing-masing daerah, setelah itu adanya pemilihan isi pembelajaran tari
kemudian tarian tersebut di evaalusi agar bisa diperbaiki dimana kesalah guru
dalam mengajar.
Sebab-sebab yang
berkaitan dengan pembaharuan kurikulum khususnya untuk pendidikan seni tari
kaitkan dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Sebab-sebab yang berkaitan dengan pembaharuan kurikulum
diantaranya adalah belum berhasilnya kurikulum sebelumnya dan adanya
perkembangan teknologi yang cukup pesat.
Pembaharuan kurikulum pada bidang pendidikan seni tari di
sekolah harus sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Pendidikan
seni tari hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan
pendidikan seni tari pun harus fleksibel dalam perkembangan zaman yang canggih sesuai
dengan prinsip umum dalam pengembangan kurikulum yaitu prinsip relevansi dan fleksibilitas. Di
samping itu juga terdapat prinsip umun yaitu kontinuitas, praktis dan
efektivitas. Pendidikan seni tari harus praktis digunakan pada sekolah untuk
menunjang potesi-potensi yang dimiliki siswa.
Dalam pendidikan seni tari di sekolah umum pada dasarnya
adalah untuk memfasilitasi berbagai potensi yang dimiliki oleh siswa bukan
untuk menjadikan siswa sebagai ahli seni tari sesuai dengan prinsip khusus
yaitu prinsip yang berkenaan tentang tujuan pendidikan. guru harus memilih
tarian-tarian yang sesuai dengan tingkatannya dan mempunyai nilai atau pesan
yang baik kepada siswa yang akan diajarkan selain itu memilih tarian yang
mempunyai nilai pendidikan, agar siswa mampu menyerap pelajaran seni tari dengan
baik dan mampu menerapkan pesan yang terkandung dalam tarian-tarian tersebut
hal ini sesuai dengan prinsip khusus yang berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan. Dalam proses pembelajaran seni tari guru dituntut untuk membaca kondisi siswa yang beragam agar
guru mengetahui apakah siswa suka dengan pendidikan seni tari atau tidak, jika tidak semua siswa menyukai seni tari
maka guru bisa mengkolaborasikan berbagai seni tapi tujuannya tetap kepada seni
tari hal ini sesuai dengan prinsip khusus yang berkenaan dengan pemilihan
proses belajar mengajar. Guru seni tari
juga dalam pembelajarannya sebaiknya menggunakan alat-alat yang canggih dan
media yang mudah dimengerti oleh siswa, agar siswa tidak jenuh dan lebih
menyukai seni tari hal ini sesuai dengan prinsip khusus yang berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pengajaran. Guru seni tari pun dituntut untuk
memberikan nilai kepada siswa dari proses yang telah dilakukan hal ini seesuai
dengan prinsip khusus yang berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Landasan pengembangan
kurikulum di sekolah. Contoh
dalam pengembangan kurikulum pendidikan seni tari di sekolah.
a) Landasan filosofis
Landasan
filosofis menentukan arah dan tujuan pendidikan, memberikan gambaran tentang
hasil yang ingin dicapai dengan upaya yang harus dilakukan. Contonya adalah
guru seni tari menentukan tarian apa yang akan diajarkan sesuai dengan
tingkatan siswa dan memberikan gambaran tentang tarian yangn akan diajarkan.
b) Landasan psikologis
Memberikan
tujuan, bahan pembelajaran, strategi, media dan sistem evaluasi pembelajaran
yang berorientasi pada peserta didik. Contohnya: Guru harus memahami berbagai
karakter siswa yang bermacam-macam.
Misalkan dalam pembelajaran seni tari guru harus membaca minat siswa
kepada seni tari sehingga guru bisa menerapkan pola pengajaran yang harus di
terapkan, cara bisa dengan pengkolaborasian pelajaran seni yang lain yang
menuju kepada seni tari.
c) Landasan sosiologis dan budaya
Dalam
pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan lingkungan sosial budaya
setempat (kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi). Contohnya: bila seorang
guru mengajar di daerah tersebut maka guru sebaiknya mengajarkan tarian dari
daerah tersebut.
d) Perkembangan ilmu dan teknologi
Kemajuan
cepat dunia dalam dunia teknologi dan informasi berpengaruh besar pada
peradaban manusia. Contohnya: guru dalam mengajar harus menggunakan teknologi
yang canggih sehingga murid akan berfikir bahwa seni tari tidak ketinggalan
zaman.
Perbedaan karakteristik
KTSP dan KBK, dan kurikulum sebelumnya
kaitannya dengan pengembangan program pengajaran pendidikan seni tari di
sekolah.
a)
KTSP
Karakteristik
KTSP adalah sebagai berikut.
1)
Kurikulum yang berorientasi
pada disiplin ilmu.
Struktur
program KTSP yang memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh, kriteria
keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari sistem kelulusan yang ditentukan.
2)
Kurikulum yang berorientasi
pada pengembangan individu.
Pembelajaran
KTSP menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran.
3)
Kurikulum yang mengakses
kepentingan daerah.
Potensi
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum ini dikembangkan oleh daerah.
4)
Kurikulum yang teknologis
Adanya
standar kompetensi dan sejumlah prilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.
Kaitannya
dengan program pengajaran pendidikan seni tari adalah di dalam kurikulum ini
sekolah diberikan kebebasan untuk memilih seni mana yang akan dijadikan mata
pelajaran sesuai dengan kemampuan sekolah tersebut. Dalam pendidikan seni tari,
siswa akan lebih kreatif karena diberi kebebasan untuk mencari bahan tentang
tarian yang diajarkan. Pendidikan seni tari pun akan membuat siswa paham akan
seni tari yang ada di lingkungannya, karena dalam kurikulum ini digunakan cara student center sehingga keterlibatan
siswa di dalam pelajaran semakin aktif.
b)
Depdiknas (2002) mengemukakan
bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1)
Menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2)
Berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan
keberagamaan.
3)
Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4)
Sumber belajar bukan hanya
guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5)
Penilaian menekankan pada
proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
Kaitannya
dengan program pengajaran pendidikan seni tari adalah pengajaran seni tari
dalam hal ini harus mencapai kompetensi siswa, guru seni tari dalam kurikulum
ini menjadi teacher center. Guru seni
tari terkadang mengajarkan siswa seperti di sanggar sehingga banyak siswa yang
tidak menyukai pelajaran seni tari. Kurikulum ini memaksa siswa untuk menjadi
ahli bukan untuk menemukan potensi-potensi yang beragam dari siswa. Sebenarnya
kurikulum ini belun cocok jika di terapkan pada sekolah umum, lebih cocok
diterapkan pada sekolah kejuruan.
c) Karakeristik Kurikulum 1994
1)
Pembagian tahapan pelajaran di
sekolah dengan sistem caturwulan.
2)
Pembelajaran di sekolah lebih
berorientasi kepada materi pelajaran/isi, sehingga materi pelajaran cukup
padat.
3) Memberlakukan
satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini
bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat
sekitar.
Kaitannya
dengan pengajaran seni tari adalah pelajaran seni tari pada kurikulum 1994
disatukan dengan kesenian-kesenian lainnya. Seni yang diajarkan berdasarkan
daerah tersebut. Dan kurikulum ini lebih menonjolkan kerajinan tangan dan guru
tetap menjadi teacher center.
Pendidikan
karakter, implementasinya
dalam pembelajaran pendidikan seni tari
Pendidikan karakter adalah suatu
usaha pengembangan dan mendidik karakter seseorang, yaitu kejiwaan, akhlak dan
budi pekerti sehingga menjadi lebih baik. Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Implementasinya
dalam pendidikan seni tari adalah guru misalnya mengajarkan tarian yang
memiliki nilai moral yang baik, guru bisa mengajarkan tari topeng yang banyak
mempunyai karakter jadi siswa bisa memahami banyak karakter dan menerapkan
karakter yang baik dalam kehidupan sehari-harinya.
Referensi:
Hasan, Hamid. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep,
Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Rumihat, Toto. dkk. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:
Jurusan Kurtekpen FIP UPI.
Sanjaya, Wina. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Suryosubroto, B. (2005). Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: PT Rineka cipta.
Syaodih Sukmadinata, Nana. (2009).
Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.